Kajian AlAzhar - Gelap Dalam Terang



The Rabbaanians
"Gelap Dalam Terang"

Rabu, 12 Al-Muharram 1438H
(12 Oktober 2016)


”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmidzi)



Allah jala jallaluhu telah jadikan ilmu sebagai penerang jalan hidup yang lurus di dunia guna mudah meraih jalan ke surga. Dan orang yang menuntut ilmu, maka dia adalah orang yang berjalan dalam terang cahaya dari Allah subhanahuwata’ala.

Sejatinya, ilmu akan membuat orang menjadi mulia. Namun ada juga orang yang tidak dimuliakan oleh ilmunya karena telah gagal mengamalkan ilmunya hingga tenggelam dalam kegelapan maksiat.

Sehingga dirinya tertipu daya dunia, istidraj, sebagai akibat dari maksiat yang telah dikerjakannya. Dan Allah jadikan maksiat yang dilakukannya menyebabkan kegelapan hatinya. Gelap yang membingungkan. Gelap hati yang dia rasakan, padahal sekelilingnya penuh terang cahaya ilmu dari Allah.

Dirinya lebih banyak jatuh dalam kesibukkan pada perkara yang membinasakan. Dirinya lebih banyak tenggelam pada urusan-urusan dunia yang tidak bermanfaat bagi dunia akhiratnya. Sehingga segala urusannya menjadi sulit.

Demikiannya, itulah bahayanya maksiat. Sebagaimana Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Ad-Daa’ Wa Ad-Dawaa’ menyebutkan, maksiat akan menghadirkan kegelapan ke dalam hati pelakunya dan membuat semua urusan dipersulit.

Padahal, jikalau dirinya sadar hadir di dunia untuk menghamba kepada Allah jala jallaluhu, dirinya akan jauh dari tipu daya dunia. Terangnya ilmu Allah akan disambutnya dan dikejar dengan usaha maksimal. Maksiat akan ditinggalkan. Hal yang haram dijauhkan. Anjuran agama dijalankan. Kajian yang tersebar di muka bumi dihadiri dengan segala upaya, pun urusannya pun menjadi dimudahkan oleh Allah jala jallaluhu.

Jangan sampai kita menjadi Gelap di Dalam Terang. Telah tersebar petunjuk Allah sebagai panduan, melimpah ahli ilmu membagi keilmuannya di kajian-kajian, bermunculan sahabat-sahabat yang sholeh, bergelimang hal yang halal di depan mata, namun malah menjauhi semua hal tersebut dan terjebak dalam kegelapan hati. Na’udzubillah.
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: Al Hadid: 28).


Semoga Allah senantiasa menerangkan jalan kita.

Kajian AlAzhar - Layangan Putus



The Rabbaanians "Layangan Putus"

_Rabu, 5 Al-Muharram 1438H (5 Okt '16)_


Sejenak kita intisarikan fenomena orang yang tenggelam dalam maksiat dengan analogi Layangan Putus.
Orang yang tenggelam dalam kemaksiatan akan merasakan kehampaan hati dari mengingat Allah subhanahuwata'ala. Sehingga kehampaan hati membuatnya putus melayang dari Allah tidak tahu arah harus berpijak sekalipun sudah lelah dalam turbulensi dosa.
Dapatlah seseorang itu mendapatkan kesenangan dalam bermaksiat. Namun ketahuilah, kesenangan itu semu dan sementara. Karena kesenangan yang hakiki adalah bahagia masih dapat menikmati ibadah kepada Allah jala jallaluhu.
Orang yang larut dalam kemaksiatan akan merasakan keterasingan di antara lingkungan orang baik. Asing dan melayang hilang navigasi tak tentu arah, sekalipun di antara banyak orang-orang shalih.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Ad-Daa’ Wa Ad-Dawaa’ menyebutkan kondisi orang yang tenggelam dalam kemaksiatan akan merasa keterasingan di antara orang shalih. Dan jika keterasingan itu kian menguat, akibatnya orang itu tidak dapat memperoleh berkah dengan mengambil manfaat dari orang shalih tersebut.
Layangan putus, hampa navigasi melayang hampa tak tentu arah, menurun pasti ke daratan di antara layangan masih bertengger di udara, dan hilang fungsi sebagai layangan.
Jangan sampai kita menjadi seperti layangan putus, hati hampa navigasi hingga tak tentu arah, terasing di antara orang-orang yang shalih, dan hilang fungsi sebagai hamba ALLAH. Na’udzubillah.





Kajian ALAzhar - Jemput Bola

Jemput Bola

(Konsep Hidup The Real Muslim)

oleh : Ustadz Nudzul Dzikri

Dalam hidup ini kita harus berani untuk menjemput bola, berani untuk melakukan sebuah perubahan baru


setelah itu allah akan tolong kita allah akan jaga kita.
Muhammad ayat 7 Wahai orang yg beriman, Jika kalian menolong agama allah maka allah akan tolong kalian. Jadi nolong dulu baru allah akan nolong kalian
Barangsiapa berjuang kejalanku baru allah akan memberikan petunjuk, memberikan rezeki dan kemudahan yg lainnya.

Intinya berjuang dulu 
Tobat dulu Hijrah dulu Lalu liat bagaimana Allah akan menolong hidup kita
Karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yg merubahnya. Jika kita ingin hijrah ingin merubah lembaran dalam hidup kita, maka berjuanglah
be a fighter
Ada berapa banyak orang yg Pekerjaannya haram,
tapi ia tetap tidak mau pindah. Namun, banyak orang yg keluar kerja karena Allah yg melarangnya.

Kenapa sih harus jemput bola? Berjuang jatuh bangun dulu?

Dunia itu ialah sebagai ujian, Maka Allah menguji hamba-hambanya.
Apakah hambanya menuruti perintahnya?
ataukah masih tetap saja menimbang segala perkara berdasarkan logikanya.
Konsepnya begini,
Jika saat ini pekerjaan yg kita jalani itu haram, bukan berarti kita harus cari penggantinya dulu baru keluar.
Buktikan bahwasanya kita itu menyerah?
Menyerah sebagaimana konsep hidup seorang Muslim. Menyerah terhadap segala ketetapannya. KONSEP hidup seorang muslim ialah,
berjuang diatas agama Allah.
Berusaha, lalu sabar barulah pertolongan Allah akan datang. Gimana caranya agar kita lulus dari ujian ini? Kuncinya yakin kita gak mungkin menyerah kepada Allah tanpa keyakinan.
Yakin itulah iman.
Sifat orang bertaqwa pertama kali disebutkan. 1.orang-orang yg yakin terhadap hal yg gaib.
Gaib disini diartikan sebagai janji allah yg tidak terlihat.
Karena kita gak akan Solat, Kalo kitanya ajah gak yakin adanya hisab adanya munkar nakir dan adanya siksa kubur. Orang yg sukses dalam kacamata agama, Assajdah ayat 24   Dan kami jadikan pemimpin dari bani israil orang yg mengajak pada kebenaran. Lalu mereka sabar kita gak mungkin sabar kalo gak yakin 
  Yg membuat orang meninggalkan RIBA
Yg membuat orang
mengenakan HIJAB 
Karena bahwasanya kita yakin ada surga dan neraka, Karena kita yakin adanya hisab 

Kita gak akan pernah mau berhijrah kalo gak yakin

Alaraf 157
Yg allah halalkan yg baik yg allah haramkan itu buruk.
Seseorang tidak akan meninggalkan riba ketika ia tidak yakin dengan ancaman Allah terhadap pelaku RIBA

Orang yg yakin akan ancaman riba, ia tidak pernah menimbang-nimbang dengan logikanya. 
Ia akan langsung keluar dari pekerjaannya itu. Barangsiapa yg tidak mau meninggalkan gak mau patuh. Masih lakukan riba. Maka tabuhkan genderang perang dengan allah dan rosulnya.
Orang yg yakin dengan ancaman Allah, pasti langsung keluar dan gak pake mikir dengan logikanya.
Karena logika manusia itu terbatas. Kenapa sih kok gak ada yg langsung mati kalo masih diantara kita yg masih memilih RIBA?
Allah itu mempunyai sifat allatief,Yg maha halus,
yg apabila menghancurkan hambanya tidak terasa.  Tanpa disadari tiba tiba Rumahtangganya habis, hancur berantakan.
Kenapa kalo setiap orang yg korupsi gak langsung mati hari itu juga?
Ya karena, Allah mau liat siapa hambanya yg yakin terhadap perintahnya maupun larangannya. Kita gak akan ninggalin khomr kalo gak yakin terhadap larangan Allah dan akibat melanggar larangannya.
Pertanyaan pertama kali saat dialam barzah adalah

Man robbuka?
Siapa tuhan kita? Bener gak sih kita mau diarahkan oleh Allah.   Yakin gak sama apa-apa yg Allah perintahkan dan Allah larang? Yg Allah haramkan itu yg buruk-buruk saja. Nah kalo kitanya ajah gak yakin sama larangannya, gimana kita bisa jawab pertanyaan di alam barzah nanti?
Seorang wanita tidak akan menutup auratnya kalo dia tidak yakin.
Dalam hadis bukhori yg dikatakan nabi adalah tidak ada yg aku takutkan oleh umatku melainkan keyakinan padahal yg membuat mereka sukses adalah dengan yakin
Yg membuat generasi pertama sukses adalah keyakinan.
Orang itu harus berjuang dulu baru dihargai.
Bagaimana kita bisa percaya sama manusia tapi gak percaya sma janji Allah?

Gak ada yg pernah meleset sama janji Allah.
Dan allah maha tau segalanya,kalo kita gak yakin. kita gak akan pernah hijrah.   Kita gak akan tahu hakikat perjuangan dan bahagia.
Bagaimama caranya agar kita yakin?
Doa, minta terus jangan hanya minta harta atau jodoh.mintalah keyakinan
Sesungguhnya tidak ada hal yg paling berharga didunia ini kecuali keyakinan dan keselamatan hidup.

Hidup disebuah ketidakpastian itu setres.
Tapi kalo yakin itu tenang. Mustahil kita gak bahagia. Minta sama Allah. Ya Allah berikanlah aku keyakinan yg dengannya meringankan musibah dunia.

Kita tidak meyakini sesuatu yg kita tidak tahu.
Kalo kita ingin yakin dengan janji Allah dan rosul, pelajarilah janji allah dan janji rosulnya
Ketika Allah mengharamkan riba, itu pasti untuk kebaikan kita dan gak mungkin meleset.
Semua berawal dari pengetahuan. Keyakinan adalah puncak dari ilmu yg kita dapatkan.
Amalkan ilmu yg kita dapatkan. Kalo gak diamalin gak akan yakin.
Bertaqwalah kepada Allah jauhi larangan dan lakukan perintahnya.

Lalu Sabar,
Sesuatu yg dilakukan dengan kesabaran dan gak banyak mikir.
Keyakinan berjalan paralel dengan pengamalan, Yakinlah ketika kita jemput bola, endingnya dari semua drama ini adalah untuk orang bertaqwa menjadikan segala logika kita dibawah aturan Allah.

Tidak ada musibah kecuali endingnya positive dan selalu untuk orang yg bertaqwa.

Doa, ilmu dan amalkan, Endingnya taqwa
Barangsiapa bertaqwa kepada Allah maka Allah akan beri jalan dari arah yg tak diduga.
Doa ketika dilanda musibah

Ya allah jangan jadikan musibahku menyerang agamaku.
Sudah berhijrah lalu balik lagi ke masalalu.
Selama ujian tidak menyerang agama kita. Dan selama kita masih hidup gak mungkin Allah menyetop rezeki kita. Yg perlu diperbaiki adalah masalah pondasi. Masalah keimanan.   Hijrah membuat lembaran baru, Melangkah lalu liat bagaimana Allah akan melancarkan segala urusan kita. Jadilah fighter dalam kehidupan kita dan yakinlah semua ini hanya untuk menguji kesabaran, keyakinan kita dan endingnya untuk orang yg bertaqwa.

Resume kajian ilmiah Alazhar oleh Ustadz Nudzul Dzikri
#Mohon dimaafkan dan diingatkan jika dalam resume ini terdapat kesalahan atau kekeliruan atas materi yg telah disampaikan.   *Semoga Bermanfaat


Kajian AlAzhar - Gue Muslim

GUE MUSLIM

(Konsep Hidup The Real Muslim)




Ibrahim adalah salah satu dari Rasul-Rasul terbaik, berakhlak mulia, tunduk kepada Allah, simbol keislaman seorang hamba. Potret kehidupan beliau yang patut kita teladani sangatlah banyak. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang Nabi Ibrahim Alaihissallam:

إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ  
“Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya: ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab: ‘Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.’” (QS. Al-Baqarah: 131). Nabi Ibrahim Alaihissallam memanjatkan doa di hari pertama pernikahannya dengan seorang bangsawan yang masih kerabat beliau; Sarah Alaihissallam dengan doa, "Rabbi habli minashshalihin". Doa yang Allah abadikan dalam surat Ash-Shaffat ayat 100, 

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ  
“Duhai Tuhanku, anugerahkanlah bagiku (seorang anak) yang termasuk orang shalih.” (QS. Ash-Shaffat: 100). Setelah berpuluh-puluh tahun ia berdoa, akhirnya Allah pun memberikan kabar gembira.

 فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ “ 

Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 101)

Kapan itu terjadi?
Pada saat beliau berusia 86 tahun. Allahuakbar..
Bayangkan, dari hari pertama married, ia selalu berdoa "Rabbi habli minashshalihin" hingga puluhan tahun kemudian.

Ini seorang muslim, ia menyerah kepada takdir Allah Subhanahu wa ta'ala. Ia menyerahkan takdirnya kepada Allah, dan ia syukuri takdir tersebut, walaupun harus menanti 86 tahun. Tidak ada umpatan, tidak ada celaan, tidak ada omongan "Allah nggak adil", dsb.

Inilah PROFIL seorang muslim yaitu MENYERAH. Bukan hanya kepada syariat namun juga kepada takdir Allah Subhanahu wa ta'ala.

Setelah 86 tahun menanti, akhirnya seorang bayi yang sangat lucu terlahir dari istri kedua beliau, Hajar. Lalu turun perintah dari Allah bahwa ia harus berhijrah tanpa istri dan anaknya yang beliau cintai tersebut, meninggalkan mereka di tanah tandus yang bernama Makkatul Mukarromah. Ia diperintahkan Allah untuk kembali ke tanah Palestina.

Mendengar perintah tersebut, Ibrahim pun meninggalkan Hajar dan anaknya. Sang istri terus memanggil sambil mengejar Ibrahim, namun Ibrahim terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun, sampai sebuah pertanyaan dari Hajar terlontar, "Apakah Allah yang memerintahkan engkau agar meninggalkan kami seperti ini?" Ibrahim pun berhenti. Lalu menjawab, "na'am". Ibrahim menjawab tetap tanpa menoleh ke belakang.

Setelah itu Hajar pun berbalik menuju anaknya yang berada di sisi Ka'bah, dengan penuh keyakinan di dalam dada bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan dirinya dan anaknya.

Itu Islam. Pertanyaannya bukanlah "Apa hikmahnya?" atau "Apa untungnya ini buat gue?", tapi "Apakah ini perintah Allah?" Jangan kalah sama perempuan.. Hajar wanita tulen, ditinggal di padang batu kota Makkah sendirian bersama anaknya, namun ia yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan dirinya dan Ismail anaknya.
Kita laki-laki tulen, di PHK saja down? Anda nggak yakin Allah Ar-Razzaq?
Anda makan uang haram lalu tidak berani resign? 
Mana keimanan? Mana keyakinan kepada Allah?
Mana ayat-ayat yang kita baca setiap hari "Arrahmaanirrahiim"?
Jika Allah memberikan rezeki kepada orang-orang kafir, mungkinkah Allah menyia-nyiakan orang yang beriman?

Pernahkah ada Sahabat ketika dihadapkan terhadap sebuah larangan atau
perintah bertanya, "Apa hikmahnya ya Rasul?", tidak ada.. Karena mereka yakin bahwa itulah yang terbaik untuk dirinya.

Muslim itu bukan bertanya.
Muslim itu bukan membantah.
Muslim itu bukan mendebat.
Muslim itu bukan berpikir dan akhirnya meninggalkan perintah dan larangan Allah.
Menyerah.. Itulah MUSLIM.

Ketika Ibrahim sudah tidak bisa lagi melihat istrinya dan istrinya sudah tak bisa lagi melihat suaminya, baru Ibrahim menoleh..
Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang diabadikan di surat Ibrahim ayat 37.



رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ 
 

“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37). 



Nabi Ibrahim berdoa meminta pertolongan, bukan mendebat, menyerang, atau memberikan statement.. Ketika kita menyerah kepada Allah, lakukan hal yang bisa kita lakukan selama tidak haram. 

Hajar hanya bisa bolak-balik Shafa Marwah untuk mencari makan, maka beliau lakukan hal tersebut meski secara logika nihil. Di sana tidak ada tumbuhan, hewan, atau apapun yang bisa dikonsumsi. Inilah ikhtiar. Dan ikhtiar itu di jalan yang halal. Lalu biarkan Allah yang melanjutkan perjuangan kita.



Begitu di putaran ketujuh di bukit Marwah, terdengar ada suara yang memanggil namanya.
Hajar, seorang wanita yang tidak takut kepada selain Allah, dengan lantang berteriak, "Tunjukkan jati dirimu di hadapanku!". Dia tidak ada pilihan lain, karena anaknya ada di Ka'bah, satu-satunya jalan ya hadapi. Ternyata, sosok tersebut adalah malaikat Jibril, ia berada persis disamping anaknya.
Lalu malaikat Jibril memukulkan permukaan tanah hingga akhirnya keluarlah air zam-zam. Hajar pun berlari menuju sumber air tersebut, lalu ia minum dan diberikan pula kepada anaknya. Malaikat Jibril pun berkata, 

"Kalian tidak akan disia-siakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Anakmu ini dan bapaknya kelak akan membangun rumah Allahu Tabaraka wa ta'ala". Saudaraku, fight itu penting. Menyerah bukan berarti pasif. Kita menyerah kepada perintah Allah, lalu kita diperintahkan ikhtiar, menjadi seorang fighter dalam kehidupan ini. Lakukan yang bisa dilakukan selama tidak haram, lalu biarkan Allah yang menolong kita.

Allah ingin kita untuk berjuang, sebagaimana Nabi Musa Alaihissalam diperintahkan Allah untuk memukulkan tongkatnya ke laut ketika dikejar tentara Fir'aun sehingga laut bisa terbelah. Apakah Allah tidak bisa membelah laut tanpa pukulan tongkat Musa? Tentu bisa.. namun Allah ingin kita tawakkal dan ikhtiar.

Agama (Islam, -pen) bukan agama logika. Allah Subhanahu wa ta'ala di atas logika manusia. Agama tidak bertentangan dengan logika, namun logika kita terbatas. Banyak hal yang kita tidak tahu. Maka jangan timbang perintah Allah dengan logika kita. Menyerahlah kepada Allah. Menyerah, lalu fight. Hajar mencari makan dan air dengan lari dari Shafa dan Marwah, lalu Allah beri dia minum di mana? Dekat Ka'bah. Allah berikan ia rezeki dari arah yang ia tak duga.




وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)  
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 2-3).

Kalau akal digunakan untuk membantah, yang pantas untuk pertama melakukannya adalah Ibrahim. Nabi 3 agama. Siapa yang berani mengklaim bahwa dirinya lebih pintar dari Ibrahim? Bukan kyai saja yang akan bantah Anda kalo Anda mengklaim lebih pintar dari Ibrahim, tapi pendeta pun juga. 
Lalu, mari kita tanya diri kita, sudah pantaskah kita menyandang predikat GUE MUSLIM ketika perkara nggak isbal aja misalnya Anda nggak mau menyerah?
Apalagi disuruh sembelih anak.. Dan sebagainya.. Coba kita lihat, kisah Hajar yang mencari makanan untuk Ismail happy ending atau sad ending? Happy ending..
Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih Ismail happy ending atau sad ending? Happy ending.. Allah ganti Ismail dengan kambing.
Semua "drama" dari Ibrahim mengasah pisau hingga ingin menyembelih itu hanya TEST THE WATER dari Allah, hanya ujian saudaraku.. 


الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ  

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2)



Jika ada akhwat hijrah lalu berhijab, besoknya langsung dilamar dengan anak konglomerat, semua akhwat langsung pake jilbab..
Yang keluar dari pekerjaan riba, lalu langsung dikasih curahan 30 jt, omset 300 jt, semua langsung pada resign.. ini bukan ujian..

Karena hakikatnya hidup ini adalah TEST THE WATER.
Demi Allah semua adalah ujian. Tinggal kita ikuti alur dramanya.. Pengorbanan itu butuh waktu..
Kenikmatan ada dipengorbanan, dikeringat yang kita cucurkan, jika hidup lempeng-lempeng saja tidak akan pernah bahagia.. Messi digaji per minggu milyaran, namun hanya di bangku cadangan, apakah bahagia? Tidak.. ia akan bahagia ketika menggocek lawan, lepas dari tackle, mencetak angka.

Jika bayi lahir, siapa yang paling bahagia? Ibu.. karena ibulah yang mules-mules, yang pengorbanannya paling besar.. Jadi, bahagia itu sejatinya butuh pengorbanan.

Jika ingin menggunakan logika untuk mencari hikmah, silahkan. Tapi untuk membantah atau bertanya itu yang tidak boleh. Bertanyalah kepada ahli ilmu jika kita orang awam.



فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 
 

“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. Al Anbiya’: 7). Jika sudah ada produk hukum yang tegas, kita harus sami'na wa atho'na (terima dan patuh, -pen). Jika ada khilaf, tidak semua juga bisa ditoleransikan. Misal, jika ada ustadz yang men-declare shalat subuh tidak wajib, perlukah ditoleransi? Tidak, karena bertentangan dengan ijma' (kesepakatan, -pen) ulama.


Menyerah bukan pasrah atau pasif, yaitu menyerah pada konsep Allah, lalu FIGHT.

Sekali lagi, sudah pantaskah kita menyandang predikat GUE MUSLIM?


Semoga bermanfaat.



(Catatan dari kajian Islam ilmiah The Rabbaanians, Masjid Agung Al-Azhar. "Gue Muslim 2.0" dengan pemateri Ust. Nuzul Dzikri, Rabu, 13 Dzulhijjah 1437 H/14 September 2016 M)